Rabu, 30 Oktober 2013

Kisah dan Pelajaran Dari Kisah Nabi Khidhr......

Assalamu’alaikum…Alhamdulillahi robbil ‘alamin wasolatu wassallamu ‘ala asrofil anbiyai wal mursalin sayyidina wa maulana muhammad wa’ala alihi wa sohbihi ajma’in

Khidhr adalah salah seorang hamba Allah yang saleh. Dinamakan Khidhr berasal dari kata Akhdhar (artinya hijau). Ada yang mengatakan karena dia memakai selendang atau pakaian hijau. Ada juga yang mengatakan karena setiap dia duduk di rumput yang kering, maka rumput yang ada diduduki dan di sekitarnya menjadi hijau. Masyarakat kita barangkali sulit menyebut Khidhr, maka akhirnya mereka memudahkan penyebutannya; Haidir (Sekedar info: Orang tua saya dulu pernah bilang, saya diberi nama Haidir agar seperti Nabi Haidir….katanya…)

Pendapat yang lebih kuat adalah bahwa Khidhr seorang nabi. Karena dalam kisahnya bersama Nabi Musa, tampak sekali bahwa dia mendapatkan wahyu dari Allah, yaitu ketika dia memberikan alasan-alasan dari perbuatannya yang dipertanyakan Nabi Musa, dia mengatakan, "Sebagai rahmat dari Tuhanmu, dan bukanlah aku melakukannya atas kemauanku sendiri." (QS. Al-Kahfi: 82). Disamping perintah Allah kepada Nabi Musa untuk berguru kepada Khidhr menunjukkan bahwa Khidhr adalah seorang Nabi. Karena tidaklah sepantasnya jika seorang Nabi yang mendapatkan wahyu diperintahkan berguru kepada manusia biasa yang tidak mendapatkan wahyu.

Kisah Nabi Khidhr hanya sedikit yang disebutkan dalam Al-Quran tentang perjalanannya bersama Nabi Musa alaihissalam. Yaitu hanya dalam surat Al-Kahfi dari ayat ke 60 sampai 82. Kisah ini diperjelas dalam hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (3220) dan Muslim (6313). Berawal dari kisah Nabi Musa yang sedang khutbah di hadapan Bani Israil. Lalu salah seorang dari Bani Israil bertanya, "Siapakah orang yang paling mengetahui?" Nabi Musa menjawab, "Saya." Maka Allah menegur Nabi Musa atas perkataannya tersebut dan memberitahunya bahwa Dia memiliki seorang hamba yang berada di antara dua perbatasan laut dan lebih mengetahui darinya. Maka Nabi Musa memohon kepada Allah untuk menemuinya. Lalu Allah perintahkan Nabi Musa untuk mencarinya dengan membawa seekor ikan di tempatnya. Di mana ikan itu lompat dari tempatnya, di situlah hamba itu berada. Demikianlah seterusnya Nabi Musa berangkat bersama muridnya bersama muridnya Yusya bin Nun untuk mencari hamba Allah yang bernama Khidhr tersebut. Sampai akhirnya bertemu dan kemudian mereka berdua melakukan 'Perjalanan Ilmu' sebagaimana yang dapat dibaca dalam surat Al-Kahfi tersebut atau hadits muttafaq alaih. Dapat juga dibaca kisahnya dalam Kisah Para Nabi, karangan Ibnu Katsir.

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisah 'bergurunya Nabi Musa kepada Nabi Khidhr'. Di antaranya:

-          Orang berilmu tidak boleh sombong. Justeru semakin banyak ilmunya, dia harus semakin rendah hati. Ilmu ibarat air yang mencari dataran rendah, dan tidak akan mengalir di dataran tinggi.

-          Seharusnya ada upaya untuk mendatangi ilmu. Al-Ilmu yu'taa walaa ya'tii (ilmu itu didatangi bukan mendatangi) begitu jawaban salah seorang ulama ketika seorang raja memanggilnya ke istana untuk mengajarkan anak-anaknya. Maka dalam sejarah hidup para ulama akan kita dapatkan bagaimana mereka berpindah-pindah dari satu guru ke guru lainnya, dari satu kota ke kota lainnya. Dikenal dengan istilah rihlah fi thalabil ilmi.. 

-          Adab terhadap guru hendaknya sangat diperhatikan. Perhatikan bagaimana santunnya ucapan Nabi Musa as yang seorang Nabi, ketika hendak berguru kepada Nabi Khidhr, "Hal attabi'uka alaa an tu'allamini mimma ullimta rusyda?" (Bolehkan aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 

-          Kesabaran merupakan salah satu modal besar menuntut ilmu, sebaliknya ilmu menjadi faktor utama melahirkan sifat sabar. Betapa banyak orang yang gagal meraih suatu ilmu karena tidak sabar, dan betapa banyak orang yang tidak sabar karena kurang ilmu. Raihlah kedua-duanya sama sedikit demi sedikit tanpa merasa bosan.

-          Menuntut ilmu harus punya mental 'ngotot' dengan tetap menjaga adab. Nabi Musa as, tidak langsung mengundurkan diri ketika Nabi Khidr menyatakan bahwa dia tidak dapat mengikutinya. Tapi dia tetap 'ngotot' minta diberikan kesempatan. Betapa banyak tantangan dan halangan seseorang menuntut ilmu. Kalau tidak ada mental 'ngotot' sangat mudah dia mundur dari langkah untuk menuntut ilmu.

-          Dalam hal bertanya, sebaiknya menunggu sampai penjelasan seorang guru tuntas. Dalam kisah Nabi Musa as bersama nabi Khidhr, bukan merupakan dalil dilarang bertanya. Karena selain dia sudah berjanji tidak akan bertanya sebelum dijelaskan duduk perkaranya, juga karena pertanyaan tersebut sebaiknya diajukan ketika penjelasan sudah selesai.

-          Pelajaran yang diberikan Nabi Khidhr amat erat kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan. Ini menunjukkan bahwa ilmu yang kita cari hendaknya tidak terbatas pada aspek-aspek teori, tapi juga aspek praktis dalam kehidupan sehari-hari. Yang kita ambil dari seorang guru hendaknya bukan hanya teori ilmunya, tapi juga teladannya, pengalamannya, adabnya dsb. Seorang salafushaleh berpesan kepada anaknya yang hendak menuntut ilmu, "Wahai anakku, datangilah syekh fulan… ambillah adab (akhlak)nya sebelum engkau mengambil ilmunya." Adab dan ilmu; dua hal yang tidak boleh hilang dari seorang thalibul ilmi (penuntut ilmu)….. wallahua'lam.

Aqulu Qouli hadza Was tag firu Allohu Lii Walakum . Subhanakallohuma wabi hamdika , Ashadu alla ha illa anta,  astagfiruka wa ‘atubu ilaik. Wassalamu’ alaikum warrohmatullohi wabarokatuh.
Sumber : Ustadz Abdullah Haidir,Lc


Bila Allah SWT telah memanggil Anda, membuka hati Anda, maka bersegeralah ke Tanah Suci, Insya Allah Perjalanan Ibadah Anda Bersama “SHAFA Tours” Lebih Menentramkan Hati.

Untuk Informasi dan Pendaftaran  silahkan kunjungi kantor kami : “SHAFA Tours Kalimantan Timur, Jl. Letjend S. Parman No. 15A RT.35 (Gunung Guntur/Depan SD Negeri 025/Dekat Kantor Kelurahan Gunungsari Ulu/Masjid Al Muhajirin) Balikpapan. Telp/Fax (0542) 8018396, 7098453, 7190333 atau Hotline :  081 227 999 773, 0812 5409 4914, 0878 1221 5785, 0813 4646 3439, Pin BB 28549ECE, WhatsApp : 0856 500 5077, YM : shafa.kaltim. Website : www.shafatours.com atau kunjungi perwakilan kami didaerah.


Menjadi Muslim Berprestasi


Bagi seorang Muslim, memahami untuk apa dan harus menjadi apa dia dalam hidup ini adalah sebuah keniscayaan. Artinya kita setuju atau tidak, memang begitulah kenyataannya. Hal inilah yang akan membantu untuk memilih jenis karya besar apa yang seharusnya dipersembahan kepada Sang Khalik.

Sesuatu yang betul-betul bakal menyita seluruh waktu hidup miliknya. Ia akan menjadi parameter dalam bermuhasabbah, sumber inspirasi dalam melangkah, sebagai tenaga cadangan manakala dihadang rasa lelah dan teman setia tatkala sendirian. Dia akan mengenali jati dirinya dari perenungan yang mendalam terhadap ayat : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu” (adz Dzariyat : 56).
 Simpul dari serentetan perenungan bahwasanya masalah hidup setelah mati adalah masalah besar dan sangat penting dalam hidup karena kepada-Nya lah segalanya akan bermuara.

Sehingga bagi seorang muslim, seharusnya menjadi seorang ahlu ibadah (‘abid) adalah puncak keinginan. Ahlu ibadah yang benar-benar berpegang teguh kepada ilmu dan kebenaran. Tentu saja bukan berarti mengesampingkan bagian dunianya yang telah ditetapkan oleh Allah.

Alhasil ia merupakan muslim yang berjalan di muka bumi ini, tapi hati dan akalnya terikat dengan kehidupan kekalnya. Ia mengikatkan diri dengan ketentuan syari’at dalam setiap aktifitas kehidupannya.

Berkaca dari ayat tersebut, seorang muslim akan memegang konsekuensi logis yang membuatnya beda dengan manusia lain.

Ia akan memahami bahwa dalam hidup prestasi yang paling bernilai di hadapan Allah adalah ibadah itu sendiri, sebuah standar nilai yang tidak bisa ditawar lagi. Hal ini membuatnya mengerti tentang apa yang seharusnya ia lakukan, apa yang harus ditinggalkan dan ia tidak ragu-ragu dalam menentukan pilihannya.

Ia sadar bahwa hidup hanya sekali, kesempatan tidak datang dua kali sehingga ia tidak berani berspekulasi menyia-nyiakan waktu dan kondisinya untuk berbuat yang tidak bermanfaat bagi kehidupan kekalnya. Ia senantisa menjaga dirinya dari penyimpangan/maksiat dan tidak terpedaya dengan aneka ragam capaian-capaian duniawi tanpa iman.

Sehebat apapun orang-orang menyebutnya,
Seindah apapun tampilannya,
Sebanyak apapun pengikut dan pemujanya,
Serta sekeras apapun gaung yang bergema.

Tidak akan pernah sempat menyesali dan mempersoalkan takdir kauniyah Allah pada dirinya, sesuatu yang terbukti telah sering menyesatkan manusia. Penyesalan dan penolakan terhadap masalah ini akan membawa pada perasaan tidak puas dan pengingkaran terhadap nikmat Allah, dan baginya hanya ada dua pilihan untuk menyikapinya, bersyukur atau bersabar sembari terus berusaha/tawakkal.

Baginya kemasyuran, status sosial, ketampanan/kecantikan, kekayaan, kecemerlangan otak dan pengakuan orang lain atas apa yang ia lakukan, tidaklah sebanding dengan keberhasilannya sebagai hamba Allah.

Sebaliknya, tidak terkenal, miskin, tidak menarik secara fisik, tidak banyak pengikut dan dianggap fundamentalis, tidak menyurutkan langkahnya untuk beribadah dan berjuang mencapai prestasi tertinggi di sisiNya. Sudah jelas baginya parameter yang dia gunakan untuk segala aktifitasnya, satu-satunya keinginan yakni mendapatkan ridha Allah.

Ia akan senantiasa menilai orang lain dari sisi yang paling adil, yakni ketakwaaannya.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa” (Al Hujuraat : 13)

Ia bukanlah orang yang memisahkan diri dari lingkungannya. Ia paham bahwa orang lain adalah mitra dalam perolehan amal shalih. Ia senantiasa berusaha memandang orang lain dari prestasi ibadahnya, tanpa melihat kepada ukuran-ukuran duniawi yang diskriminatif dan sempit serta terlihat tidak substansial alias palsu.

Dia kagumi orang/tokoh sejarah yang telah terbukti menorehkan prestasi emas peribadatan kepada Allah, dan ia berusaha untuk memperpanjang deretan “manusia-manusia” tersebut.

Sebaliknya, ia akan menganggap remeh dan kecil tokoh-tokoh “besar” yang sebenarnya bukan apa-apa dalam kacamata Dien dan Iman. Dari situ seharusnya seorang muslim bisa memilih. Dengan siapa ia akan menghabiskan usianya, memberikan loyalitasnya, dan berlepas diri dari segala pernak pernik etnis maupun geografis.

Itulah kompetisi dalam hidup, sehingga ia akan sangat memahami bahwasanya manusia-manusia yang memperturutkan hawa nafsunya dan mencapekkan diri untuk berebut kue dunia dengan menghalalkan segala cara, sungguh mereka sebenarnya........... tidak pernah mencetak prestasi apa-apa. 

Bila Allah SWT telah memanggil Anda, membuka hati Anda, maka bersegeralah ke Tanah Suci, Insya Allah Perjalanan Ibadah Anda Bersama “SHAFA Tours” Lebih Menentramkan Hati.
Untuk Informasi dan Pendaftaran  silahkan kunjungi kantor kami : “SHAFA Tours Kalimantan Timur, Jl. Letjend S. Parman No. 15A RT.35 (Gunung Guntur/Depan SD Negeri 025/Dekat Kantor Kelurahan Gunungsari Ulu/Masjid Al Muhajirin) Balikpapan. Telp/Fax (0542) 8018396, 7098453, 7190333 atau Hotline :  081 227 999 773, 0812 5409 4914, 0878 1221 5785, 0813 4646 3439, Pin BB 28549ECE, WhatsApp : 0856 500 5077, YM : shafa.kaltim. Website : www.shafatours.com atau kunjungi perwakilan kami didaerah.

Jumat, 25 Oktober 2013

Faedah dari Membiasakan Istighfar



1. Istighfar Merupakan Sebab Diampuninya Dosa-dosa dan Dihapuskannya Kesalahan-kesalahan
    Anas ra meriwayatkan bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda; “Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, ketika engkau berdoa kepada-Ku dan mengharap (ampunan)-Ku, maka Aku mengampunimu atas dosa-dosa yang ada padamu dan aku tidak mempedulikannya. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai mega di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu dan tidak mempedulikan (atas dosa yang engkau lakukan).” (HR. Tirmidzî)
2. Istighfar Merupakan Salah Satu Sebab Pendatang Rizki
Rasulullah saw bersabda, “Orang yang memperbanyak istighfar, maka Allah akan menjadikan kemudahan dalam setiap kesusahan, menjadikan jalan keluar dalam setiap kesempitan dan memberi rizki dari jalan yang tidak disangka.”(HR. Ahmad)
3. Istighfar Merupakan Penyebab Masuk Surga
Rasulullah saw dalam sebuah hadits menyatakan keutamaan dari bacaa Istighfar. Beliau bersabda “Barang siapa yang membacanya (Istighfar) pada permulaan siang hari dengan penuh keyakinan dan dia meninggal pada siang itu sebelum masuk waktu sore, maka dia termasuk ahli surga. Barangsiapa yang membacanya pada permulaan malam hari dengan penuh keyakinan dan dia meninggal pada malam itu sebelum masuk waktu subuh, maka dia termasuk ahli surga.” (HR. Bukhari)
4. Istighfar Dapat Menolak Siksaan Sebelum Ditimpakan
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (Al-Anfal [8]:32).
5. Istighfar Merupakan Sebab Terangkatnya Derajat Setelah Meninggal Dunia
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu lantas bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimanakah aku mendapatkan semua ini?” Allah menjawab, “Disebabkan bacaan istighfar yang dilakukan oleh anakmu untukmu.”(HR. Ahmad)
Hal ini sesuai dengan hadits Nabi, “Ketika seorang anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat baginya atau anak shalih yang mendoakannya.”(HR. Muslim
6. Istighfar Merupakan Sebab Bersihnya Hati
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda,“Sesungguhnya jika seorang mukmin berbuat dosa, maka dalam hatinya akan terdapat noda hitam. Jika dia bertaubat, mencabut kembali (apa yang telah dilakukan) dan memohon ampunan, maka hatinya agar berkilat. Jika dia menambah dosa, maka akan bertambah hitam hatinya hingga hatinya menjadi tertutup.”
7. Istighfar Merupakan Sebab Mendapat Nikmat Berupa Kesehatan dan Kekuatan
“Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Hûd [11]:52).
8. Bentuk Ketaatan Terhadap Perintah Allah
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (Ali ‘Imran [3]:133).

Bila Allah SWT telah memanggil Anda, membuka hati Anda, maka bersegeralah ke Tanah Suci, Insya Allah Perjalanan Ibadah Anda Bersama “SHAFA Tours” Lebih Menentramkan Hati.
Untuk Informasi dan Pendaftaran  silahkan kunjungi kantor kami : “SHAFA Tours Kalimantan Timur, Jl. Letjend S. Parman No. 15A RT.35 (Gunung Guntur/Depan SD Negeri 025/Dekat Kantor Kelurahan Gunungsari Ulu/Masjid Al Muhajirin) Balikpapan. Telp/Fax (0542) 8018396, 7098453, 7190333 atau Hotline :  081 227 999 773, 0812 5409 4914, 0878 1221 5785, 0813 4646 3439, Pin BB 28549ECE, WhatsApp : 0856 500 5077, YM : shafa.kaltim. Website : www.shafatours.com atau kunjungi perwakilan kami didaerah.